“Dulu
waktu gua smp kan gua sempet pacaran ama Ariva, terus Ariva ngasih gua kalung
kayak begitu, karena gua gasuka kalung gua jadiin gantungan tas aja, nah
semenjak kls 9 kita jarang bgt ketemuan lg soalnya udah pada mau fokus UN dan
Ariva saat itu minta putus ama gua alasannya karena dia mau fokus ke UN, dan
ternyata dia berhasil, dia dapet nem UN tertinggi di smpku waktu itu, gua pun
cukup bangga, tapi semenjak lulus udah lost contact, gua ga nyangka ya Ariva
yang dulu lincah bgt pas diajak jalan sama gua ampe gua nyegir-nyengir sendiri,
sekarang dia jadi pendiem dan merubah namanya menjadi Yumna... Ya ampun mantan
guaaa” jelas panjang lebar Hamzah cerita ke Rifina.
Hamzah
lagi-lagi menundukkan kepalanya dan berusaha menahan isak tangisnya itu
mengetahui bahwa Yumna itu adalah mantannya yang dulu. Rifina hanya dapat menghibur
Hamzah yang sedang sedih itu.
“Sudahlah
jah jgn terlalu dipikirin mungkin ini jalan yang terbaik”
“Tapi
nyesek fin. gua baru tau dia mantan gua setelah dia meninggal itu nyesek aja.”
dumel Hamzah. “Ah, udah deh mending gua lanjutin KI Yumna a.k.a Ariva itu”
Hamzah ngomong sambil membuka laptopnya.
Rifina
hanya menghela nafas sambil tersenyum kecil dan berfikir dalam hati.
“(in:
Yumnaa, Yumna... kenapa kamu waktu itu nggak jujur ajasih sama mantanmu? Malang
betul mantanmu ini ampe mikirin kamu segitunya.)”
Hamzah
yang saat itu sedang asik berdua dengan Rifina dan sama-sama sedang sibuk
dengan laptopnya, ternyata geng cheers memata-matai mereka berdua yang sedang
di kelas saat itu. Mereka cukup geram atas dekatannya Rifina dengan Hamzah yang
cukup tenar dikalangan cewek itu. Padahal dia jarang sekali ngobrol dengan
cewek lain selain Rifina. Cewek-cewek cheers itu pun iri dan berniat
merencanakan sesuatu yang jahat terhadap Rifina.
Ya,
kejadian itu terjadi saat pulang sekolah, saat sudah pada bubaran, hanya ada
beberapa anak yang masih di sekolah termasuk Rifina yang saat itu ada tugas
piket, kesempatan bagus buat geng cheers untuk melakukan sesuatu terhadap
Rifina. Geng cheers yang berjumlah 5 orang itu ada Adis (ketua), Veren, Janice,
Isabel, dan Fitri. Mereka berlima menyuruh Rifina untuk pergi ke gudang
belakang sekolah untuk membicarakan sesuatu.
“Rifina,
nanti selesai kerja piketnya aku ingin bicara ya di gudang belakang sekolah.”
Jelas Adis.
“Untuk
apa? Kenapa harus disana?” tanya Rifina khawatir dan heran.
“Udah
ikutin aja kata-kata Adis!” celetuk Janice.
“Eh,
Oke”
Setelah
itu Rifina benar-benar mengikuti apa kata-kata mereka. Dia menuju gudang
belakang sekolah yang pintunya sudah terbuka lebar seakan menunggu
kedatangannya. Rifina tanpa berpikir panjang langsung masuk ke gudang yang
sunyi senyap dan jarang di pakai sekolah lagi.
“Hei
kalian dimana?” tanya Rifina sedikit takut.
Tiba-tiba,
saat Rifina sudah ada di dalam gudang itu, gudang itu ditutup sedikit
menyisakan celah kecil dan ternyata geng cheers itu sudah menunggu di belakang
pintu. Rifina, kaget bukan main, perasaannya mulai tidak enak, ada apakah
gerangan?
“Kalian
mau ngapain sih sebenarnya?” tanya Rifina cemas.
“Tidak
ada apa-apa kok kami hanya ingin membicarakan sesuatu dengan mu.” Jawab Adis
sambil menyeringai kecil dan seakan menyuruh keempat temannya untuk melakukan
sesuatu hanya dengan sebuah petikan jari.
Temannya
pun langsung mengerti dan melaksanakannya. Veren membawakan sebuah bangku usang
yang tersimpan di gudang itu, Fitri mencari-cari tali dan dua kain panjang
entah untuk apa. Setelah bangku diletakkan disamping Rifina, Janice dan Isabel
menyeret kedua tangan Rifina dengan paksa dan menduduki Rifina di bangku usang
itu dan menahannya bahunya agar tidak berdiri.
Rifina
berusaha melawan tingkah aneh mereka yang semena-mena terhadapnya. Tetapi tidak
bisa, mereka kasar sekali terhadap Rifina, dan akhirnya Rifina setengah pasrah
dengan keadaan yang sedang dialaminya itu. Setelah Fitri menemukan tali dan dua
kain perca, tali itu diikatkan kepada Rifina yang duduknya ditahan oleh Janice
dan Isabel itu. Rifina terkejut dan berusaha melepaskan dirinya dari ikatan
itu.
“Aduh
kalian mau apa sih?” geram Rifina kesal karena dirinya sudah diperlakukan
semena-mena.
“Kita
mau apa? Hmph, hahahaha kita cuma mau lo pisah dari Hamzah dan jangan sok
deketin dia lagi” tegas Adis sambil menjambak rambut Rifina.
“Aduh..
sakit..” Rifina tidak bisa bergerak dengan badannya yang terikat itu.
“Hahaha
makanya jadi cewek jangan sok deket-deket sama cowok tenar macem Hamzah!”
celetuk Veren.
“Haha
iya, mentang-mentang lo pendiem terus sok pura-pura minta belas kasih gitu sama
Hamzah biar jadi temennya? Iyuh!” celetuk Janice.
“Tau
nih ah cewek macem lo enaknya diapain ya~” celetuk Isabel sambil nempeleng
kepala Rifina.
“Udah
lah kita sekap disini aja ampe jera, mampus mampus dah lo nggak ada yang tau
dan nggak ada yang peduli ini~ ya gaa? Hahaha” tawa Fitri dengan pikiran
jahatnya.
“Stop!!
Kalian udah salah paham sama aku!! Aku nggak pernah berniat buat deketin Hamzah!
Kenapa sih kalian ampe segitunya?! Kalian jahat! Hamzah sendiri lah yang
deketin aku dan Yumna!” jelas Rifina mulai terisak.
“Oh!
Jadi gitu ya? Kabar anginnya sih si Yumna itu udah mati ya ketabrak Truk Beton
terus ditolong Hamzah? Keterlaluan emang si Yumna itu pantaslah kalau dia mati
haha!” tawa Adis jahat.
“Urgh
kalian jahat sekali!” geram Rifina sambil mulai menangis.
“Hahaha
kasian deh udah ditinggal sahabat tercintah~” celetuk Veren.
“Ahaha
kurasa dia ingin menyusul si Yumna itu” pikir jahat Janice.
“Ahaha
ide yang bagus girls” celetuk Adis sambil mengedipkan mata ke Fitri yang sudah
menyiapkan sesuatu.
“Aduh
kalian mau ngapain lagi sih?!” tanya Rifina mulai menangis.
“Kita
mau nyekep kamu sebentar kok biar kamu jera dan gak akan deketin Hamzah lagi.
Eh bukan sebentar deh selama orang gatau lo disini kali ya ahaha labil ah gue!”
tegas Adis.
“Itu
gabisa.. soalnya aku ada urusan lomba KI sama dia. Aku gabisa jauh bukan
berarti mau deketin dia tau”
“Ah
gituan doang diurusin alibi lo!” celetuk Isabel.
“Ah
udahlah girls gua capek udah dijemput lagi sama bmw gua tercinta, dadah Rifina~
kita tinggal ya~” celetuk Adis.
“Kalian
jahat! Apa gunanya nyekep aku disini?! Masa kalian nyari hiburan hati dengan
cara begini?!” tangis Rifina.
“Eh
iya ada yang kelupaan” nyeringai Adis sebelum meninggalkan gudang dan melirik
ke Fitri yang disamping Rifina.
Fitri
yang mengerti maksud kedipan Adis itu langsung melakukan rencana jahatnya itu.
Ya, Fitri langsung membekap dengan kencang Rifina yang terikat di bangku usang
itu dengan sapu tangannya yang sudah diteteskan obat pembius chloroform.
“Nggg..!
Nggg..! Nggg..!! Ngggh....” Rifina berusaha melawan dengan menggeleng-gelengkan
kepalanya, tetapi gagal. Dia sudah terbius dengan cepat. Dan tertidur dengan
pulas.
“Hahaha
dasar. Makanya jadi orang jangan cerewet! Ah gedek gua! Udah tutup aja mata
sama mulutnya biar lama-lama dia nyusul sahabatnya itu hahaha yuk tinggalin!”
Jahatnya Adis berkata seperti itu.
Isabel
pun menutup mata Rifina yang tertidur itu dengan kain perca dari gudang, begitu
pula dengan mulutnya, Isabel ikat kencang-kencang kain perca itu agar tidak
copot saat iya meronta-ronta bangun nanti. Ya, geng cheers yang jahat itu pun
meninggalkan Rifina yang terikat, mata dan mulut tertutup itu. Jahatnya mereka,
entah apa maksud mereka. Mereka akhirnya pulang setelah melakukan perbuatan
jahat itu terhadap Rifina.
Waktu
menunjukkan 9 malam. Rifina yang tersekap itu baru bangun dari tidurnya. Saat
terbangun ia meronta-ronta kesakitan dengan ikatan itu seakan ingin terlepas
dari ikatan itu, ia ingin minta tolong tapi suaranya serak dan sedang dibalut
kencang dengan kain perca.
“(in:
kenapa aku harus mengalami ini...)” Rifina mulai menangis dalam pikirannya itu.
Tiba-tiba
ada seberkas cahaya kecil dari luar. Lama-kelamaan cahaya itu masuk ke gudang
usang itu dan semakin menyilaukan. Rifina tidak bisa melihat apa-apa karena dia
ditutup matanya. Dia hanya pasrah, merinding ketakutan, berharap tidak ada yang
berlaku jahat lagi terhadapnya.
“Rifina......
jangan khawatir..... aku akan segera menolongmu.....”
Suara
kecil lemah itu menggeliat di telinga Rifina. Suara siapa itu?
-To
Be Continued-
LANJOOOOOOT! #nyante
BalasHapus