Rabu, 19 Desember 2012

Every Soul Shall Taste Death -Part Four-

Kejadian itu membuat warga disekitar kaget dan menghampiri korban yang kecelakaan, sebagian ada yang membawa supir Truk beton itu ke Polisi, rupanya sang supir sedang mabuk. Yumna dan Hamzah dilarikan ke rumah sakit, tetapi sepertinya Yumna hampir tidak tertolong karena hampir kehabisan darah, sedangkan Hamzah ada sedikit luka robek di bagian perut dan lututnya saat menolong Yumna.
Ya, mereka berdua dilarikan ke rumah sakit terdekat dan dibawa ke UGD. Nabila dan Rifina hanya dapat menunggu, Nabila yang khawatir itu hanya dapat meremas-remas tangannya berharap kakaknya akan baik-baik saja, begitu pula dengan Rifina yang cemas akan keadaan Yumna sambil menyandarkan dirinya ke tembok.
*krieeeet* (pintu ruang UGD dibuka) *seorang dokter dan suster keluar*
“Gimana dok keadaan kakak saya?!” tanya Nabila cemas.
“Bagaimana sus keadaan keduanya?! Apa mereka baik-baik saja?!” tanya Rifina lebih cemas.
“Begini, kondisi teman anda yang laki-laki cukup memperihatinkan karena ada luka sobek yang cukup dalam di bagian perut sehingga hampir mengenai ginjal, kami akan melakukan operasi penjahitan pada luka sobek yang dalam ini, sedangkan teman anda yang perempuan kondisinya cukup parah karena dia hampir kehabisan darah dan banyak mengalami memar di badannya. Kami berusaha semampu kami untuk menolong kedua teman anda dan mereka harus menjalani operasi, mau tidak mau resiko ini harus ditanggung mereka.” Jelas panjang lebar Pak Dokter kian ikut cemas terhadap pasiennya itu.
Ya, Nabila dan Rifina hanya terkejut kaget dan cengo. Tak tahu mereka harus berkata apa. Yang mereka pikirkan sekarang adalah bagaimana keadaan mereka sekarang.
“Ehm, lalu dok apakah mereka berdua ada yang sadar?” tanya Nabila.
“Ya, yang laki-laki sedikit sadar dia hanya merintih kesakitan, sedangkan yang perempuan masih pingsan mungkin dia masih shock” jelas Pak Dokter
“Boleh kah kami masuk ke dalam untuk melihat keadaan mereka dok?” tanya Rifina.
“Ya silahkan tetapi jangan gegabah ya karena mental mereka mungkin masih agak jatuh”
“Oke pak” serempak berdua.

Mereka masuk ke ruang UGD. Bau khas ruangan itu menyelimuti hidung mereka berdua dan mereka berdua agak merinding melihat ruangan itu cukup lega yang isinya hanya ada teman mereka yaitu si Yumna dan Hamzah. Yumna masih pingsan dan siap-siap ingin dibawa ke ruang operasi lebih dulu daripada Hamzah yang udah agak sadar. Hamzah hanya merintih kesakitan, keadaan dia yang shock karena keadaan Yumna yang begitu, dia jadi susah berbicara (suaranya agak hilang). Nabila dan Rifina menghampiri Hamzah yang sedang berusaha bangun itu.
“Kak, kakak baik-baik aja kan?” tanya Nabila.
Hamzah hanya mengangguk pelan sambil berusaha bangun dari tidurnya itu untuk duduk. Rasanya sulit sekali melakukan itu, mengingat ada luka sobek di perutnya.
“a...akhh...” Hamzah merintih kesakitan sambil memegang perutnya itu.
“Aduh udahlah kak jangan dipaksain bangun orang masih sakit juga” datar Nabila sambil bantu kakaknya itu tiduran lagi.
“Iya jah udah istirahat dulu jangan maksain diri...” tegas Rifina.
“Hmm... gi...gimana keadaaan... si Yumna...?” tanya Hamzah dengan mata yang agak tertutup.
“Dia masih pingsan kak emang kenapa sih segitunya ama Kak Yumna?”
“Nggak nab... gua cuma... takut dia...” tiba-tiba mata Hamzah tertutup.
“Takut kenapa kak? Woi kok malah ketiduran lagi...” cemas Nabila.
“Ehm, mungkin dia masih agak susah ngomong karena lukanya itu Nab, dan lagi, mungkin dia letih banget... udah kita tungguin mereka berdua selesai operasi yuk...” ajak Rifina.
Ya, mereka rela mengkorbankan waktu-waktu sekolah mereka demi menunggu Yumna dan Hamzah pulih kembali, tidak masalah Rifina menunggu Yumna toh dia teman serumah, teman sesekolah, teman seperjuangan, tak ada salahnya meluangkan waktu demi teman. Beda hal nya dengan Nabila dia akan setia menunggu kakaknya karena jika tidak, dirumah disekolah dia akan sendiri tanpa kakaknya.
Operasi pun dilakukan saat hari itu juga, malam itu juga. Yang duluan operasi adalah Yumna, entah berapa jam Rifina dan Nabila menunggunya. Saat sudah selesai operasi dokter keluar dari ruang operasi.
“Gimana dok operasi nya?!” tanya Rifina cemas.
“Maaf, sangat disayangkan nak Yumna tidak bisa tertolong lagi” geleng Pak Dokter.
“Itu berarti... Kak Yumna telah...” Nabila tergagap.
“Tidak.. ini tidak mungkin... nggak mungkin!!” Rifina menjerit lalu menangis.
Karena tidak kuat menahan duka Nabila pun ikut menangis. Ya, kita tidak akan tau berapa lama kita akan tinggal hidup di dunia, hanya Tuhan yang tau yaitu Allah Swt. Mereka berdua berusaha merelakan kepergian Yumna yang dipindahkan ke kamar mayat itu. Yang mereka tunggu sekarang adalah Hamzah. Akhirnya tiba saatnya Hamzah di operasi.
Selesai operasi Hamzah rawat inap di rumah sakit sampai Hamzah sadar (bangun). Setelah cukup pulih Hamzah terbangun dengan raut wajah sangat cemas. Rifina dan Nabila yang menunggu berhari-hari itu senang akhirnya dia sadar.
 “Errrrr.....” Hamzah membuka matanya perlahan.
 “Ah, kakak udah bangun” senyum Nabila.
“Iya nab makasih udah mau nungguin... btw, gimana keadaan Yumna? Dia udah operasi juga kan? Apa sukses operasinya?” tanya Hamzah cemas.
“I... itu...” Nabila tercekat.
“Dia meninggal saat operasi jah” seru Rifina mulai terisak.
“A.... apa.... kenapa... ketakutan gua bener kenapa... kenapa dengan mimpi gua kenapa... siaaaal! ” kecewa Hamzah bukan main sambil meremas-remas selimut ranjang rumah sakit itu dengan kesal dan mukanya memerah seperti ingin menangis.
Suasana saat itu sangat menyedihkan, terpaksa Hamzah harus merelakan kepergian teman dekatnya yang sebetulnya iya sayangi itu. Mereka bertiga di dalam ruangan itu menangis tersedu-sedu.
“Loh sebentar, emang sebenarnya apa sih yang ketakutanmu itu jah?” tanya Rifina selesai terisak sembari menghapus air mata.
“Jadi begini.....” Hamzah mengutarakan yang sebenarnya kepada Rifina dan Nabila bahwa jika ada seseorang yang dimimpikannya, orang itu keesokan harinya akan meninggal di pangkuannya. Nabila dan Rifina hanya dapat menyimak. Bingung harus mengeluarkan pendapat atau tidak. Mereka hanya berpikir kok ada ya orang kayak gini ngeri betul.

~~~

Keesokan harinya Hamzah sudah pulang dari RS dan melakukan aktivitas seperti biasa yaitu kesekolah dan belajar, namun suasana berubah semenjak sepeninggalnya Yumna hari-hari Hamzah berubah. Hamzah jadi cukup lesu sepeninggalnya, Rifina berusaha menemani dan merelakan kepergiannya. Lambat laun akhirnya Hamzah merelakannya walaupun itu menyakitkan baginya.
“Hoooi jah sini deh ngobrol ama kita-kita” tiba-tiba Rizky manggil dari kejauhan.
“Iyaaa” Hamzah nyaut lalu bergabung dengan mereka.
“Hoi kemaren seminggu kemane aje lo kagak sekolah? Sakit?” tanya Ivan heran.
“Sebenarnya gua kena ‘suatu’ insiden jadi gua nggak masuk”
“Oh gitu... tapi kok aneh yaa kayaknya gua ngerasa ada yang menghilang gitu” heran Jean
Ya, mereka semua tidak begitu mengenal sosok Yumna yang pendiam dan tidak pandai bergaul itu, yang baru saja meninggal tertabrak Truk. Insiden ini hanya Hamzah, Nabila, dan Rifina yang tau, tentu Allah Swt juga maha tau.
Mereka tidak mengenal orang yang pendiam model Yumna dan Rifina. Malang betul kedua anak pendiam ini. Tetapi, sedikit demi sedikit anak pendiam itu dibuat eksis oleh Hamzah.
Maksudnya dibuat eksis? Itu seperti apa?

-To Be Continued-

2 komentar: