Selasa, 22 Januari 2013

Every Soul Shall Taste Death -Part Eight- (The Last Part)


“Juara utama ketiga adalah... Rifina Dwiseptia Hanafi dari SMA DConanFamily” ujar juri pertama bersemangat.
“Wuhuuuu” sorak sorai penonton melihat Rifina maju kedepan.
“Juara utama kedua adalah... Joshua G dari wakil sekolah di DKI Jakarta” ujar juri pertama makin semangat.
“Wih juara duanya dia men” “Iya men keren tuh orang” bising para penonton sambil melihat Joshua naik keatas panggung.
“Dan juara yang ditunggu-tunggu. Juara utama pertama adalah......... Hamzah Hashif dari SMA DConanFamily!” ujar juri kedua, tak kalah semangat.
Hamzah pun terbelalak. Seakan-akan harapannya itu adalah mimpi yang nyata. Dengan tampang masih cengo itu pun Hamzah naik keatas panggung untuk mendapatkan piala dan medali emas untuk juara satu, medali perak untuk juara dua, dan medali perunggu untuk juara tiga.
“Waah Hamzah! Selamat ya! Kakak tidak menyangka kau akan mendapatkan piala besar ini! Pasti warga sekolah akan bangga” ujar Kak Arsenita tersenyum.
“Ah, iya terimakasih kak... (in: tunggu.. seharusnya piala ini bukan untukku, tapi untuk Yumna. Gua kan Cuma melanjutkan Karya Ilmiah dia yang hampir selesai)” ujar Hamzah agak tertunduk malu.
“Selamat juga untukmu Rifina! Sekolah pasti akan bangga dengan kalian berdua” ujar Kak Arsenita lagi.
“Terimakasih banyak kak!” ujar Rifina senang.
Mereka bertiga pun pulang dari TMII itu dengan bangga membawa piala-piala itu. Arwah Yumna yang ikut-ikutan mereka pun ikut bangga karena Arwah Yumna itu merasa dirinya lah yang memiliki piala juara satu itu. Arwah Yumna itu tidak merasa kalau dirinya sudah meninggal. Dia masih merasa dirinya tetap hidup di dunia. Malang betul dia, seakan melawan takdir yang diberikan oleh Allah YME.
~~~
Besoknya di sekolah pada hari Senin pukul 07:00 pagi dilakukan upacara di sekolah, setelah selesai upacara ada pengumuman-pengumuman. Ya, pengumuman ini biasanya mengumumkan tentang juara-juara lomba. Juara lomba Karya Ilmiah se-Indonesia itu pun diumumkan pada saat itu juga.
Nama Hamzah dan Rifina pun terpanggil dan disuruh untuk maju kedepan lapangan upacara. Hamzah maju sebagai Juara Satu, dan Rifina maju sebagai Juara Tiga. Arwah Yumna yang melihat dari atas mendadak terbisu, dan berpikir.
“Ke..kenapa..kenapa bukan aku yang maju sebagai pemenang.. kenapa.. padahal dari dulu aku ingin sekali momen-momen seperti ini, yaitu momen saat aku maju dan dianggap menjadi juara.. padahal kan itu keinginanku yang sebenarnya.. kenapa..” ujar suara hati Arwah Yumna yang sangat kesepian itu sambil menangis darah melihat Hamzah dan Rifina maju ke depan.
Setelah maju ke depan lapangan upacara Hamzah sadar kalau dirinya sedang diperhatikan Arwah Yumna dari jauh dan ternyata benar. Hamzah shock dan heran melihat muka Arwah Yumna dari jauh sedang beraut wajah yang berlumur air mata darah, entah itu karena apa.
“(in:Yu...Yumna?!?! Kenapa dia menyeramkan begitu?!)” ujar Hamzah di dalam hati.
Setelah pengumuman itu selesai para siswa bubaran ke kelas. Lagi lagi, sebelum ke kelas geng cheers itu menemui Rifina yang sudah menjadi Juara itu. Mau apa lagi geng jahat itu? Rupanya mereka datang memberi selamat dan minta maaf yang sebesar-besarnya. Betapa terkejutnya Rifina, Rifina hanya tersenyum polos dan bilang ke mereka jangan jahat lagi, dan geng cheers dan Rifina itu pun menjadi akrab.
Setelah pengumuman itu para siswa langsung ke kelas kecuali Hamzah. Hamzah malah izin pulang ke guru karena ada suatu urusan. Ya, urusan untuk mencari Arwah Yumna yang tidak jelas perginya kemana itu, dan mempertanyakan raut wajahnya yang mengerikan saat itu.
Akhirnya Hamzah menemukan Arwah Yumna itu di bawah pohon di Taman dekat sekolah. Dia menghampiri arwah itu dan menanyakan apa yang sebenarnya dia inginkan.
“Jah.. kamu tau kan aku dari dulu pengen jadi juara macem kamu yang maju ke depan lapangan saat upacara itu kamu tau kan? Aku cuma ingin begitu agar semu orang tau bahwa aku yang pendiem ini bisa menjuarai sebuah lomba, tapi ternyata malah kamu yang maju.. aku heran..” ujar arwah Yumna mulai terisak.
“Iya tau.. tapi kalau hanya begitu itu sama saja kamu hanya mencari pujian dari orang lain.. itu sama saja kamu Riya Yum! Ingat itu.. dan lagi.. apakah kamu lupa bahwa dirimu ini.. sudah menjadi arwah..? sudah meninggal..? kamu lupa itukah?” ujar Hamzah sambil menepuk bahu arwah Yumna itu.
Arwah Yumna tidak dapat berkata-kata lagi. Dia hanya kaget dan baru sadar bahwa raganya telah meninggalkan muka bumi ini. Rupanya arwah Yumna baru menyadari dia hidup kembali dengan arwah itu karena keinginan yang kuat di dalam hati, dan hanya untuk menjadi Juara.
“Hei Yum, sebetulnya di dalam perlombaan kalah menang itu biasa, tinggal kitanya sajalah yang mengoperasikan apa keinginan kita dari jika kita mendapat kalah atau menang. Kalau kita menang hanya syukuri saja, tidak perlu terlalu dibanggakan seperti yang kamu inginkan. Kalau kita kalah pelajarilah kesalahan-kesalahan kita di masa lampau. Apa yang membuat kita kalah, setelah kita mengerti barulah kita bangkit kembali di lomba berikutnya. Menurut gua sih ya kamu terlalu antusias. Antusias sebagai pemenang. Saking antusiasnya sampai-sampai lupa bahwa dirimu itu sudah meninggal. Ada ayat di dalam al-qur’an yang berartikan “Every Soul Shall Taste Death”  . semua jiwa yang hidup pasti akan mengalami kematian Yum camkan itu di dalam hatimu yang paling dalam.” Jelas Hamzah panjang lebar, berusaha menjelaskan itu kepada arwah Yumna.
Arwah Yumna hanya terbelalak dan benar-benar mulai menangis. Hamzah yang melihat itupun mengambil kalung separuh hati dari Rifina dan menunjukkannya kepada arwah Yumna. Arwah Yumna pun terkejut.
“Kamu ingat benda ini?” ujar Hamzah sambil memegang kalung separuh hati itu di depan arwah Yumna.
“Tentu! Itukan.. barang berhargaku..” ujar arwah Yumna.
“Apa kau yakin berharga? Jika iya kenapa kamu tidak jujur denganku Yum kenapa??” ujar Hamzah hampir membeludak ingin marah tapi ditahan.
“Aku senang saat kau kembali ke dunia dengan arwah mu itu, namun rupanya kamu masih belum mau jujur. Aku cukup kecewa Yum. Padahal kamu adalah mantanku yang kutunggu-tunggu.” Ujar Hamzah memberikan kalung itu ke arwah Yumna dan pergi meninggalkannya.
“Tunggu! Oke aku akan jujur padamu” ujar Yumna cemas jika Hamzah marah.
“Terlambat Yum. Kamu sudah tiada di dunia ini. Bagiku itu hanyalah sebuah kenangan yang menyakitkan tahu!” tegas Hamzah mulai membeludak.
Arwah Yumna itu tak dapat berkata-kata lagi. Yang dia inginkan adalah keikhlasan hati mantannya itu agar arwah Yumna kembali dengan tenang.
“Jah aku minta maaf... aku ingin minta maaf yang sebesar-besarnya... jika kamu tidak ikhlas memaafkanku aku tidak bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang jah..” ujar arwah Yumna mulai terisak.
Hamzah pun ingin ikut terisak rasanya. Sakitnya bukan main. Ketika mantannya itu baru mengakui saat dia sudah meninggal dan menjadi arwah.
“Oke yum kamu ku maafkan, pergilah ke dunia mu diatas sana dan beristirahatlah dengan tenang.” Ujar Hamzah senyum kecil.
“Te..terimakasih, aku sangat lega sekarang.. aku pergi dulu ya salam untuk Rifina”
“Iya tentu” ujar Hamzah sambil melambaikan tangan.

Akhirnya arwah Yumna dapat beristirahat dengan tenang, Hamzah pun tenang pula karena dirinya sudah dapat perlakuan yang jujur dari Yumna.

-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar