“Juara
utama ketiga adalah... Rifina Dwiseptia Hanafi dari SMA DConanFamily” ujar juri
pertama bersemangat.
“Wuhuuuu”
sorak sorai penonton melihat Rifina maju kedepan.
“Juara
utama kedua adalah... Joshua G dari wakil sekolah di DKI Jakarta” ujar juri
pertama makin semangat.
“Wih
juara duanya dia men” “Iya men keren tuh orang” bising para penonton sambil
melihat Joshua naik keatas panggung.
“Dan
juara yang ditunggu-tunggu. Juara utama pertama adalah......... Hamzah Hashif
dari SMA DConanFamily!” ujar juri kedua, tak kalah semangat.
Hamzah
pun terbelalak. Seakan-akan harapannya itu adalah mimpi yang nyata. Dengan
tampang masih cengo itu pun Hamzah naik keatas panggung untuk mendapatkan piala
dan medali emas untuk juara satu, medali perak untuk juara dua, dan medali
perunggu untuk juara tiga.
“Waah
Hamzah! Selamat ya! Kakak tidak menyangka kau akan mendapatkan piala besar ini!
Pasti warga sekolah akan bangga” ujar Kak Arsenita tersenyum.
“Ah,
iya terimakasih kak... (in: tunggu.. seharusnya piala ini bukan untukku, tapi
untuk Yumna. Gua kan Cuma melanjutkan Karya Ilmiah dia yang hampir selesai)”
ujar Hamzah agak tertunduk malu.
“Selamat
juga untukmu Rifina! Sekolah pasti akan bangga dengan kalian berdua” ujar Kak
Arsenita lagi.
“Terimakasih
banyak kak!” ujar Rifina senang.
Mereka
bertiga pun pulang dari TMII itu dengan bangga membawa piala-piala itu. Arwah
Yumna yang ikut-ikutan mereka pun ikut bangga karena Arwah Yumna itu merasa
dirinya lah yang memiliki piala juara satu itu. Arwah Yumna itu tidak merasa
kalau dirinya sudah meninggal. Dia masih merasa dirinya tetap hidup di dunia.
Malang betul dia, seakan melawan takdir yang diberikan oleh Allah YME.
~~~
Besoknya
di sekolah pada hari Senin pukul 07:00 pagi dilakukan upacara di sekolah,
setelah selesai upacara ada pengumuman-pengumuman. Ya, pengumuman ini biasanya
mengumumkan tentang juara-juara lomba. Juara lomba Karya Ilmiah se-Indonesia
itu pun diumumkan pada saat itu juga.
Nama
Hamzah dan Rifina pun terpanggil dan disuruh untuk maju kedepan lapangan
upacara. Hamzah maju sebagai Juara Satu, dan Rifina maju sebagai Juara Tiga.
Arwah Yumna yang melihat dari atas mendadak terbisu, dan berpikir.
“Ke..kenapa..kenapa
bukan aku yang maju sebagai pemenang.. kenapa.. padahal dari dulu aku ingin
sekali momen-momen seperti ini, yaitu momen saat aku maju dan dianggap menjadi
juara.. padahal kan itu keinginanku yang sebenarnya.. kenapa..” ujar suara hati
Arwah Yumna yang sangat kesepian itu sambil menangis darah melihat Hamzah dan
Rifina maju ke depan.
Setelah
maju ke depan lapangan upacara Hamzah sadar kalau dirinya sedang diperhatikan
Arwah Yumna dari jauh dan ternyata benar. Hamzah shock dan heran melihat muka
Arwah Yumna dari jauh sedang beraut wajah yang berlumur air mata darah, entah
itu karena apa.
“(in:Yu...Yumna?!?!
Kenapa dia menyeramkan begitu?!)” ujar Hamzah di dalam hati.
Setelah
pengumuman itu selesai para siswa bubaran ke kelas. Lagi lagi, sebelum ke kelas
geng cheers itu menemui Rifina yang sudah menjadi Juara itu. Mau apa lagi geng
jahat itu? Rupanya mereka datang memberi selamat dan minta maaf yang
sebesar-besarnya. Betapa terkejutnya Rifina, Rifina hanya tersenyum polos dan
bilang ke mereka jangan jahat lagi, dan geng cheers dan Rifina itu pun menjadi
akrab.
Setelah
pengumuman itu para siswa langsung ke kelas kecuali Hamzah. Hamzah malah izin
pulang ke guru karena ada suatu urusan. Ya, urusan untuk mencari Arwah Yumna
yang tidak jelas perginya kemana itu, dan mempertanyakan raut wajahnya yang
mengerikan saat itu.
Akhirnya
Hamzah menemukan Arwah Yumna itu di bawah pohon di Taman dekat sekolah. Dia
menghampiri arwah itu dan menanyakan apa yang sebenarnya dia inginkan.
“Jah..
kamu tau kan aku dari dulu pengen jadi juara macem kamu yang maju ke depan
lapangan saat upacara itu kamu tau kan? Aku cuma ingin begitu agar semu orang
tau bahwa aku yang pendiem ini bisa menjuarai sebuah lomba, tapi ternyata malah
kamu yang maju.. aku heran..” ujar arwah Yumna mulai terisak.
“Iya
tau.. tapi kalau hanya begitu itu sama saja kamu hanya mencari pujian dari
orang lain.. itu sama saja kamu Riya Yum! Ingat itu.. dan lagi.. apakah kamu
lupa bahwa dirimu ini.. sudah menjadi arwah..? sudah meninggal..? kamu lupa
itukah?” ujar Hamzah sambil menepuk bahu arwah Yumna itu.
Arwah
Yumna tidak dapat berkata-kata lagi. Dia hanya kaget dan baru sadar bahwa
raganya telah meninggalkan muka bumi ini. Rupanya arwah Yumna baru menyadari
dia hidup kembali dengan arwah itu karena keinginan yang kuat di dalam hati,
dan hanya untuk menjadi Juara.
“Hei
Yum, sebetulnya di dalam perlombaan kalah menang itu biasa, tinggal kitanya
sajalah yang mengoperasikan apa keinginan kita dari jika kita mendapat kalah atau
menang. Kalau kita menang hanya syukuri saja, tidak perlu terlalu dibanggakan
seperti yang kamu inginkan. Kalau kita kalah pelajarilah kesalahan-kesalahan
kita di masa lampau. Apa yang membuat kita kalah, setelah kita mengerti barulah
kita bangkit kembali di lomba berikutnya. Menurut gua sih ya kamu terlalu
antusias. Antusias sebagai pemenang. Saking antusiasnya sampai-sampai lupa
bahwa dirimu itu sudah meninggal. Ada ayat di dalam al-qur’an yang berartikan “Every Soul Shall Taste Death” . semua jiwa yang hidup pasti akan mengalami
kematian Yum camkan itu di dalam hatimu yang paling dalam.” Jelas Hamzah
panjang lebar, berusaha menjelaskan itu kepada arwah Yumna.
Arwah
Yumna hanya terbelalak dan benar-benar mulai menangis. Hamzah yang melihat
itupun mengambil kalung separuh hati dari Rifina dan menunjukkannya kepada
arwah Yumna. Arwah Yumna pun terkejut.
“Kamu
ingat benda ini?” ujar Hamzah sambil memegang kalung separuh hati itu di depan
arwah Yumna.
“Tentu!
Itukan.. barang berhargaku..” ujar arwah Yumna.
“Apa
kau yakin berharga? Jika iya kenapa kamu tidak jujur denganku Yum kenapa??”
ujar Hamzah hampir membeludak ingin marah tapi ditahan.
“Aku
senang saat kau kembali ke dunia dengan arwah mu itu, namun rupanya kamu masih
belum mau jujur. Aku cukup kecewa Yum. Padahal kamu adalah mantanku yang
kutunggu-tunggu.” Ujar Hamzah memberikan kalung itu ke arwah Yumna dan pergi
meninggalkannya.
“Tunggu!
Oke aku akan jujur padamu” ujar Yumna cemas jika Hamzah marah.
“Terlambat
Yum. Kamu sudah tiada di dunia ini. Bagiku itu hanyalah sebuah kenangan yang
menyakitkan tahu!” tegas Hamzah mulai membeludak.
Arwah
Yumna itu tak dapat berkata-kata lagi. Yang dia inginkan adalah keikhlasan hati
mantannya itu agar arwah Yumna kembali dengan tenang.
“Jah
aku minta maaf... aku ingin minta maaf yang sebesar-besarnya... jika kamu tidak
ikhlas memaafkanku aku tidak bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang jah..”
ujar arwah Yumna mulai terisak.
Hamzah
pun ingin ikut terisak rasanya. Sakitnya bukan main. Ketika mantannya itu baru
mengakui saat dia sudah meninggal dan menjadi arwah.
“Oke
yum kamu ku maafkan, pergilah ke dunia mu diatas sana dan beristirahatlah
dengan tenang.” Ujar Hamzah senyum kecil.
“Te..terimakasih,
aku sangat lega sekarang.. aku pergi dulu ya salam untuk Rifina”
“Iya
tentu” ujar Hamzah sambil melambaikan tangan.
Akhirnya
arwah Yumna dapat beristirahat dengan tenang, Hamzah pun tenang pula karena
dirinya sudah dapat perlakuan yang jujur dari Yumna.
-The
End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar