Jumat, 28 Desember 2012

Every Soul Shall Taste Death -Part Seven-


“(in: i...itu suara siapa... aku takut sekali)” pikir Rifina sambil gemetar.
“Jangan khawatir..... aku akan segera melepasmu dari ikatan itu agar kamu tau siapa aku” jelas suara orang itu lemah.
“(in: tung...tunggu kayaknya aku kenal suara ini... ini kan suara...)” belum selesai bicara di dalam hatinya, ikatannya semua terlepas dan Rifina dapat melihat jelas siapa orang yang menolongnya itu.
“Ka... kamu kan Yumna! Bu... bukannya Yumna sudah meninggal?” terkejut Rifina bukan main melihat arwah atau lebih tepatnya corine Yumna. Dia sampai mundur beberapa langkah.
“Hei... hei... tenang dulu jangan takut begitu... aku tau diriku ini sudah meninggal... Tapi rupanya aku banyak meninggalkan urusanku yang berharga seperti untuk jujur terhadap mantanku itu dan memperhatikan dia menggunakan Karya Ilmiah ku apa kah dapat juara atau tidak” jelas arwah Yumna itu.
“Sebegitukahnya kau yakin akan menang dengan lomba Karya Ilmiah itu Yumna?” tanya Rifina sedikit mendekat ke arwah Yumna itu.
“Tentu! Aku sangat yakin aku mendapat juara satu! Kau harus tau fin! Aku sangat senang saat ada perlombaan ini yaitu Karya Ilmiah se-Indonesia, aku merasa inilah potensiku yang harus kutunjukkan! Karena aku daridulu ingin menjadi juara dan tak pernah kesampaian.” Tegas arwah Yumna dengan semangat membaranya itu.
“Hm baiklah rupanya mimpimu lah yang membawamu hidup kembali dengan arwah mu itu” ujar Rifina senyum kecil.
“Iya... Walaupun aku sudah meninggal tapi hatiku masih hidup” jelas arwah Yumna itu.
Ya, kita tidak pernah menyadari bahwa walaupun sebuah mimpi tidak tercapai karena suatu alasan, dan alasan itu membuat mimpi kita tidak terlaksana, itulah motivasi yang terpancar di dalam hati. Dan itulah alasannya mengapa Yumna hidup kembali tapi hanya dengan arwahnya.
Ya, arwah Yumna hidup dengan hati yang mempunyai mimpi yang cukup besar bagi Yumna, yaitu menjadi Juara Nasional di Indonesia. Hanya karena ingin menjadi juara Yumna kembali ke dunia dengan arwahnya itu yang mempunyai hati yang berisi mimpinya yang besar. Karena Yumna dari dulu suka berfikir, bahwa jika mimpi tidak terlaksana, mimpi itu selalu terpancar di dalam hati walau sampai akhir hayat.
Rifina dan arwah Yumna itupun pergi dari gudang sekolah sekitar pukul 09:30 malam. Rifina hanya heran emangnya bisa ya orang hidup kembali dengan arwah yang punya banyak urusan? Hm ini sangat langka. Saking langkanya sampai-sampai arwah Yumna itu bilang ke Rifina yang dapat melihat arwah Yumna hanya Rifina dan Hamzah saja dan jangan bilang-bilang ke yang lain bahwa arwah Yumna telah hidup kembali.
~~~
Keesokan harinya saat sekolah Rifina dan Hamzah tidak masuk kelas karena dimintai izin oleh pembina ekskul KIR yaitu Kak Arsenita untuk menyelesaikan secepatnya KI itu karena deadlinenya esok hari. Mereka menyelesaikan KI itu di ruangan khusus untuk ekskul KIR.
“Kakak tinggal kalian berdua disini ya ntar kakak balik lagi alau ada apa-apa, kalian semangat yaa cepet selesaikan Kinya!” ujar Kak Arsenita buru-buru ingin ke ruang kepsek.
“Iya kak~” serempak mereka berdua. Kemudian hening. Melanjutkan apa yang mereka kerjakan. Yaitu, ketik mengetik Karya Ilmiah.
Hamzah sibuk sendiri melanjutkan Karya Ilmiah buatan Yumna, sedangkan Rifina sibuk sendiri juga dengan Karya Ilmiah nya sendiri. Mereka keliatannya fokus sekali seakan bahan yang mereka ujikan tersebut menarik dan dapat menjadi juara.
“Hhhh tinggal 2 bab lagi...” ujar Hamzah menghela nafas.
“Aku juga” ujar Rifina.
“Hahaha gua nggak sabar bebas dari kerjaan ini” pikir Hamzah menyeringai.
“Hei kalian sudah sampai mana?” kata-kata ini yang harusnya di lontarkan oleh Kak Arsenita, malah diucapkan oleh arwah Yumna.
“Eh Yumna, aku udah sampe bab 5 nih haha tapi si Hamzah baru mulai bab 4” ujar Rifina ke arwah Yumna itu.
“Loh fin? Kamu ngomong ke siapa?” tanya Hamzah sambil mengetik.
“Nanya kok sambil ngetik jah? Tengok kesini sedikitlah” ujar Rifina nyuruh.
Hamzah pun kaget bukan main, disamping Rifina yang asik dengan laptopnya ada arwah Yumna yang sedang asik memperhatikan Karya Ilmiah Rifina. Hamzah kaget sampai hampir mau kebanting laptopnya. Itu pun menimbulkan suara yang cukup keras dan membuat Rifina menengok perlahan.
“Eh? Kenapa jah?” tanya Rifina heran.
“I...itu gua ngeliat arwah Yumna... apa mata gua salah liat ya...” ujar Hamzah masih kaget.
“Nggak salah liat kok. Bener ini Yumna.” Ujar Rifina sambil menepuk punggung arwah Yumna.
“Jangan kaget gitu ya plis jah aku tau kamu ngga pernah percaya sama hal gaib palagi liat arwah macem aku” jelas Yumna.
Kemudian arwah Yumna itu menceritakan segalanya keinginan yang ingin dicapainya. Hamzah dan Rifina menyimak baik-baik dan berusaha mengerti. Lalu tiba-tiba, Yumna menjelaskan kebohongannya kepada Hamzah bahwa ia sebenarnya adalah mantan dulu saat smp. Hamzah hanya tersenyum kecil senang akhirnya ia mengakuinya. Suasana ruang itupun cukup gembira dengan ditemaninya arwah Yumna itu.
Mereka berduapun akhirnya selesai dengan Karya Ilmiahya itu, dan menyerahkan ke kak Arsenita via flashdisk yang akan diserahkan ke panitia lomba itu. Lomba dimulai besok, jadi malam ini harus selesai pula slide presentasi untuk di presentasikan saat lomba nanti.
~~~
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari lomba mempresentasikan Karya Ilmiah di Taman Mini Indonesia Indah itu sepertinya akan berlangsung lancer. Banyak anak-anak dari berbagai SMA di Indonesia berdatangan, ada yang ikut Lomba, ada yang hanya menyaksikan. Inilah yang ditunggu-tunggu Hamzah dan Rifina, mereka yakin menjadi juara. Arwah Yumna pun ikut menyaksikan. Ditemani bersama Kak Arsenita juga tentunya sebagai Pembina ekskul KIR. Mereka mendapat nomor urut hamper yang paling terakhir.
Anak-anak yang ikut lomba ini pun adalah anak-anak pilihan dari berbagai SMA di Indonesia. Seperti Xave dari jambi, Rafael dari medan, Joshua dari Jakarta, Anggi dari semarang, Yura dari Bandar lampung,dan masih banyak lagi.
Yak, saat itu dimulai dan kontestan pertamanya adalah Izza dari Jakarta, dia menampilkan sebuah grafik bahan presentasinya. Para juri yang terdiri dari Sofia, Annisa, dan Mikail menyimak dengan saksama. Selanjutnya Joshua dari Jakarta juga. Saat Joshua menerangkan, para juri terpikat pada bahan yang dipresentasikannya itu.
Melihat itu Hamzah meneguk sedikit ludah karena menahan gugup. Rifina yang melihat itu pun heran.
“Sudahlah jah biasa aja inikan sebagai latihan jika maju saat skripsi nanti waktu kuliah nanti” ujar Rifina menghibur.
“Eh iya ya… hhh tenang dah tenanaaang…” ujar Hamzah menenankan diri sendiri.
“AYO KALIAN SEMANGAT!!!” ujar arwah Yumna teriak kecil mendadak.
“Yumna! Sejak kapan kau disampingku?! Aku kaget bukan main…” celetuk Rifina.
“Hehe maaf.. fin dikit lagi kamu tuh” jelas arwah Yumna.
“Oke… hhh bismillah” ujar Rifina memberanikan diri maju kedepan.
Dengan lancer karena latihan malam-malam di rumah dengan Yumna, Rifina saat maju jadi lancar. Para juri pun terkesan dan hampir nilai nya mendapat plus semua. Setelah ini, gilirannya Hamzah. Hamzah sudah tidak mulai gugup dan inilah saatnya. Hamzah maju kedepan. Dan yang terjadi adalah malah banyak pertanyaan yang mendarat ke telinga Hamzah dari para juri. Hamzah beruntung dapatmenjawab semua itu.
Yap, selesailah sudah para kontestan Karya Ilmiah maju kedepan. Tinggal pengumumannya sore nanti sekitar pukul 15:00. Siang ini para kontestan istirahat dan makan siang.
“Gimana tadi anak-anak presentasinya? Sukses kaan?” Tanya Kak Arsenita senang.
“Tentu kak Alhamdulillah” ujar Rifina.
“Iya kak Alhamdulillah sesuatu” ujar Hamzah menghela nafas.
“Kenapa kau jah? Kau gugup saat ditanya-tanya?” Tanya Kak Arsenita sambil nyengir.
“Ti…tidak kok” ujar Hamzah sambil memalingkan mukanya malu. *face being red*
“HAHAHAHHAHA” semua tertawa melihat reaksi Hamzah yang saat itu sedang bermuka merah dan mengunyah makan siangnya.
Setelah mereka istirahat siang, akhirnya mereka ke sumber suara lomba itu lagi. Menunggu pengumuman dibacakan. Hamzah di dalam hati hanya berfikir semoga menjadi juara. Tapi bagaimana jika kalah? Pastinya Yumna yang sudah bela-belain dating dengan arwah itu akan kecewa.
“Ya, Juara-juara ini akan kita umukan sekarang! Peraih juara harapan ketiga adalah…” omongan juri berlanjut sampai ketiga juara utama.
“Inilah yang ditunggu-tunggu! Juara utama ketiga adalah…”

-To Be Continued-

Every Soul Shall Taste Death -Part Six-


“Dulu waktu gua smp kan gua sempet pacaran ama Ariva, terus Ariva ngasih gua kalung kayak begitu, karena gua gasuka kalung gua jadiin gantungan tas aja, nah semenjak kls 9 kita jarang bgt ketemuan lg soalnya udah pada mau fokus UN dan Ariva saat itu minta putus ama gua alasannya karena dia mau fokus ke UN, dan ternyata dia berhasil, dia dapet nem UN tertinggi di smpku waktu itu, gua pun cukup bangga, tapi semenjak lulus udah lost contact, gua ga nyangka ya Ariva yang dulu lincah bgt pas diajak jalan sama gua ampe gua nyegir-nyengir sendiri, sekarang dia jadi pendiem dan merubah namanya menjadi Yumna... Ya ampun mantan guaaa” jelas panjang lebar Hamzah cerita ke Rifina.
Hamzah lagi-lagi menundukkan kepalanya dan berusaha menahan isak tangisnya itu mengetahui bahwa Yumna itu adalah mantannya yang dulu. Rifina hanya dapat menghibur Hamzah yang sedang sedih itu.
“Sudahlah jah jgn terlalu dipikirin mungkin ini jalan yang terbaik”
“Tapi nyesek fin. gua baru tau dia mantan gua setelah dia meninggal itu nyesek aja.” dumel Hamzah. “Ah, udah deh mending gua lanjutin KI Yumna a.k.a Ariva itu” Hamzah ngomong sambil membuka laptopnya.
Rifina hanya menghela nafas sambil tersenyum kecil dan berfikir dalam hati.
“(in: Yumnaa, Yumna... kenapa kamu waktu itu nggak jujur ajasih sama mantanmu? Malang betul mantanmu ini ampe mikirin kamu segitunya.)”
Hamzah yang saat itu sedang asik berdua dengan Rifina dan sama-sama sedang sibuk dengan laptopnya, ternyata geng cheers memata-matai mereka berdua yang sedang di kelas saat itu. Mereka cukup geram atas dekatannya Rifina dengan Hamzah yang cukup tenar dikalangan cewek itu. Padahal dia jarang sekali ngobrol dengan cewek lain selain Rifina. Cewek-cewek cheers itu pun iri dan berniat merencanakan sesuatu yang jahat terhadap Rifina.
Ya, kejadian itu terjadi saat pulang sekolah, saat sudah pada bubaran, hanya ada beberapa anak yang masih di sekolah termasuk Rifina yang saat itu ada tugas piket, kesempatan bagus buat geng cheers untuk melakukan sesuatu terhadap Rifina. Geng cheers yang berjumlah 5 orang itu ada Adis (ketua), Veren, Janice, Isabel, dan Fitri. Mereka berlima menyuruh Rifina untuk pergi ke gudang belakang sekolah untuk membicarakan sesuatu.
“Rifina, nanti selesai kerja piketnya aku ingin bicara ya di gudang belakang sekolah.” Jelas Adis.
“Untuk apa? Kenapa harus disana?” tanya Rifina khawatir dan heran.
“Udah ikutin aja kata-kata Adis!” celetuk Janice.
“Eh, Oke”
Setelah itu Rifina benar-benar mengikuti apa kata-kata mereka. Dia menuju gudang belakang sekolah yang pintunya sudah terbuka lebar seakan menunggu kedatangannya. Rifina tanpa berpikir panjang langsung masuk ke gudang yang sunyi senyap dan jarang di pakai sekolah lagi.
“Hei kalian dimana?” tanya Rifina sedikit takut.
Tiba-tiba, saat Rifina sudah ada di dalam gudang itu, gudang itu ditutup sedikit menyisakan celah kecil dan ternyata geng cheers itu sudah menunggu di belakang pintu. Rifina, kaget bukan main, perasaannya mulai tidak enak, ada apakah gerangan?
“Kalian mau ngapain sih sebenarnya?” tanya Rifina cemas.
“Tidak ada apa-apa kok kami hanya ingin membicarakan sesuatu dengan mu.” Jawab Adis sambil menyeringai kecil dan seakan menyuruh keempat temannya untuk melakukan sesuatu hanya dengan sebuah petikan jari.
Temannya pun langsung mengerti dan melaksanakannya. Veren membawakan sebuah bangku usang yang tersimpan di gudang itu, Fitri mencari-cari tali dan dua kain panjang entah untuk apa. Setelah bangku diletakkan disamping Rifina, Janice dan Isabel menyeret kedua tangan Rifina dengan paksa dan menduduki Rifina di bangku usang itu dan menahannya bahunya agar tidak berdiri.
Rifina berusaha melawan tingkah aneh mereka yang semena-mena terhadapnya. Tetapi tidak bisa, mereka kasar sekali terhadap Rifina, dan akhirnya Rifina setengah pasrah dengan keadaan yang sedang dialaminya itu. Setelah Fitri menemukan tali dan dua kain perca, tali itu diikatkan kepada Rifina yang duduknya ditahan oleh Janice dan Isabel itu. Rifina terkejut dan berusaha melepaskan dirinya dari ikatan itu.
“Aduh kalian mau apa sih?” geram Rifina kesal karena dirinya sudah diperlakukan semena-mena.
“Kita mau apa? Hmph, hahahaha kita cuma mau lo pisah dari Hamzah dan jangan sok deketin dia lagi” tegas Adis sambil menjambak rambut Rifina.
“Aduh.. sakit..” Rifina tidak bisa bergerak dengan badannya yang terikat itu.
“Hahaha makanya jadi cewek jangan sok deket-deket sama cowok tenar macem Hamzah!” celetuk Veren.
“Haha iya, mentang-mentang lo pendiem terus sok pura-pura minta belas kasih gitu sama Hamzah biar jadi temennya? Iyuh!” celetuk Janice.
“Tau nih ah cewek macem lo enaknya diapain ya~” celetuk Isabel sambil nempeleng kepala Rifina.
“Udah lah kita sekap disini aja ampe jera, mampus mampus dah lo nggak ada yang tau dan nggak ada yang peduli ini~ ya gaa? Hahaha” tawa Fitri dengan pikiran jahatnya.
“Stop!! Kalian udah salah paham sama aku!! Aku nggak pernah berniat buat deketin Hamzah! Kenapa sih kalian ampe segitunya?! Kalian jahat! Hamzah sendiri lah yang deketin aku dan Yumna!” jelas Rifina mulai terisak.
“Oh! Jadi gitu ya? Kabar anginnya sih si Yumna itu udah mati ya ketabrak Truk Beton terus ditolong Hamzah? Keterlaluan emang si Yumna itu pantaslah kalau dia mati haha!” tawa Adis jahat.
“Urgh kalian jahat sekali!” geram Rifina sambil mulai menangis.
“Hahaha kasian deh udah ditinggal sahabat tercintah~” celetuk Veren.
“Ahaha kurasa dia ingin menyusul si Yumna itu” pikir jahat Janice.
“Ahaha ide yang bagus girls” celetuk Adis sambil mengedipkan mata ke Fitri yang sudah menyiapkan sesuatu.
“Aduh kalian mau ngapain lagi sih?!” tanya Rifina mulai menangis.
“Kita mau nyekep kamu sebentar kok biar kamu jera dan gak akan deketin Hamzah lagi. Eh bukan sebentar deh selama orang gatau lo disini kali ya ahaha labil ah gue!” tegas Adis.
“Itu gabisa.. soalnya aku ada urusan lomba KI sama dia. Aku gabisa jauh bukan berarti mau deketin dia tau”
“Ah gituan doang diurusin alibi lo!” celetuk Isabel.
“Ah udahlah girls gua capek udah dijemput lagi sama bmw gua tercinta, dadah Rifina~ kita tinggal ya~” celetuk Adis.
“Kalian jahat! Apa gunanya nyekep aku disini?! Masa kalian nyari hiburan hati dengan cara begini?!” tangis Rifina.
“Eh iya ada yang kelupaan” nyeringai Adis sebelum meninggalkan gudang dan melirik ke Fitri yang disamping Rifina.
Fitri yang mengerti maksud kedipan Adis itu langsung melakukan rencana jahatnya itu. Ya, Fitri langsung membekap dengan kencang Rifina yang terikat di bangku usang itu dengan sapu tangannya yang sudah diteteskan obat pembius chloroform.
“Nggg..! Nggg..! Nggg..!! Ngggh....” Rifina berusaha melawan dengan menggeleng-gelengkan kepalanya, tetapi gagal. Dia sudah terbius dengan cepat. Dan tertidur dengan pulas.
“Hahaha dasar. Makanya jadi orang jangan cerewet! Ah gedek gua! Udah tutup aja mata sama mulutnya biar lama-lama dia nyusul sahabatnya itu hahaha yuk tinggalin!” Jahatnya Adis berkata seperti itu.
Isabel pun menutup mata Rifina yang tertidur itu dengan kain perca dari gudang, begitu pula dengan mulutnya, Isabel ikat kencang-kencang kain perca itu agar tidak copot saat iya meronta-ronta bangun nanti. Ya, geng cheers yang jahat itu pun meninggalkan Rifina yang terikat, mata dan mulut tertutup itu. Jahatnya mereka, entah apa maksud mereka. Mereka akhirnya pulang setelah melakukan perbuatan jahat itu terhadap Rifina.
Waktu menunjukkan 9 malam. Rifina yang tersekap itu baru bangun dari tidurnya. Saat terbangun ia meronta-ronta kesakitan dengan ikatan itu seakan ingin terlepas dari ikatan itu, ia ingin minta tolong tapi suaranya serak dan sedang dibalut kencang dengan kain perca.
“(in: kenapa aku harus mengalami ini...)” Rifina mulai menangis dalam pikirannya itu.
Tiba-tiba ada seberkas cahaya kecil dari luar. Lama-kelamaan cahaya itu masuk ke gudang usang itu dan semakin menyilaukan. Rifina tidak bisa melihat apa-apa karena dia ditutup matanya. Dia hanya pasrah, merinding ketakutan, berharap tidak ada yang berlaku jahat lagi terhadapnya.
“Rifina...... jangan khawatir..... aku akan segera menolongmu.....”
Suara kecil lemah itu menggeliat di telinga Rifina. Suara siapa itu?

-To Be Continued-

Every Soul Shall Taste Death -Part Five-


Sebenarnya Hamzah sudah terkenal dikalangan teman-temannya semenjak ia menjadi murid baru dan sudah mengikuti banyak ekskul secara diam-diam tanpa sepengetahuan anak pendiam seperti Yumna dan Rifina. Hamzah pun sebetulnya banyak penggemarnya karena ia lihai dalam segala bidang olahraga, dan hobinya, apalagi penggemar cewek, termasuk cewek-cewek cheers yang mensoraki Hamzah dan teman-temannya saat bertanding basket waktu itu.
Ya, Hamzah sudah eksis dan dia malah berteman dengan Yumna dan Rifina, otomatis mereka berdua menjadi eksis karena mereka selalu kumpul bertiga. Karena Yumna telah tiada Hamzah jadi kurang semangat dalam mengerjakan sesuatu. Itu membuat teman-temannya khawatir, terutama Rifina teman sebangkunya sekarang.
*saat di kelas*
“Eh jah, ente kenapa? Sakit?” tanya Rifina cemas selagi ia asik mengetik Karya Ilmiahnya.
“Eh? Ah nggak kok haha biasa ajalah~” jawab Hamzah sambil menundukkan kepalanya yang ditempelkan di kedua tangannya yang sedang melipat itu.
“Hm hm baiklah” jawab Rifina sambil menatap serius Laptopnya.
“Oh iya ya gua kan belum bikin sama sekali Karya Ilmiahnya” kaget Hamzah sambil bangun dari tundukannya itu.
“Ehm mending kau lanjutin KI nya Yumna deh, dia kan kemaren kuintip udah hampir selesai” pikir Rifina.
“Hm iyaya apa kau nyimpen file nya?”
“Tentu nih, karena dia serumah denganku, kusimpen saja flash disknya” jawab Rifina sambil ngasih fd ke Hamzah.
“Ok”
“Btw, soal Yumna... Sebelum kalian berdua menjalani operasi, dokter menemukan ini di saku bajunya” jelas Rifina sambil ngasih kalung separuh hati yang ditengahnya ada magnetnya. Biasanya kalung ini digunakan oleh sepasang kekasih.
Hamzah merasa pernah melihat benda itu entah dimana. Dia merasa seperti punya dia saat dia masih smp. Saat pertama kali dia pacaran dan dibelikan oleh kekasihnya saat smp. Tapi herannya benda itu mirip sekali dengan separuh hati yang dimiliki Hamzah untuk gantungan tasnya.
“Boleh kupinjam fin?”
“Tentu jah, ini” Rifina mengasih kalungnya.
Hamzah sangat terkejut karena kalung separuh hati itu saat di cocokan dapat menempel dengan gantungan tas Hamzah yang separuh hati itu. Hamzah berpikir, seharusnya magnetnya hanya dapat menempel dengan pasangannya, dan pasangannya itu hanya dimiliki oleh mantannya saat smp.
“Wah! Kalung ini jangan-jangan...” Hamzah menatapnya teliti.
“Kenapa jah?” tanya Rifina heran.
“Nggak apa sih Cuma gua heran aja kok ini kalung bisa nempel ama gantungan gua padahal kan pasangannya ada di mantan gua” heran Hamzah.
“Wah jangan-jangan selama ini Yumna itu mantanmu jah, Cuma dia nyembunyiin identitasnya, dulu dia sempet cerita ke aku dia pernah ngalamin kecelakaan yang membuat dia harus oplas” jelas Rifina.
“Wah pantesan kok rasanya aku kayak kenal jangan-jangan... bener yang kamu omongin fin..” bengong Hamzah. Seakan dia menyesal baru menyadari bahwa mantannya itu sudah meninggal.
“Tapi gimana ceritanya jah dulu putus? Pantesan kok kau baru jadi murid baru aja udah kayak akrab bgt sama Yumna” tanya Rifina heran.
“Sebenarnya gini.....”

-To Be Continued-

Rabu, 19 Desember 2012

Every Soul Shall Taste Death -Part Four-

Kejadian itu membuat warga disekitar kaget dan menghampiri korban yang kecelakaan, sebagian ada yang membawa supir Truk beton itu ke Polisi, rupanya sang supir sedang mabuk. Yumna dan Hamzah dilarikan ke rumah sakit, tetapi sepertinya Yumna hampir tidak tertolong karena hampir kehabisan darah, sedangkan Hamzah ada sedikit luka robek di bagian perut dan lututnya saat menolong Yumna.
Ya, mereka berdua dilarikan ke rumah sakit terdekat dan dibawa ke UGD. Nabila dan Rifina hanya dapat menunggu, Nabila yang khawatir itu hanya dapat meremas-remas tangannya berharap kakaknya akan baik-baik saja, begitu pula dengan Rifina yang cemas akan keadaan Yumna sambil menyandarkan dirinya ke tembok.
*krieeeet* (pintu ruang UGD dibuka) *seorang dokter dan suster keluar*
“Gimana dok keadaan kakak saya?!” tanya Nabila cemas.
“Bagaimana sus keadaan keduanya?! Apa mereka baik-baik saja?!” tanya Rifina lebih cemas.
“Begini, kondisi teman anda yang laki-laki cukup memperihatinkan karena ada luka sobek yang cukup dalam di bagian perut sehingga hampir mengenai ginjal, kami akan melakukan operasi penjahitan pada luka sobek yang dalam ini, sedangkan teman anda yang perempuan kondisinya cukup parah karena dia hampir kehabisan darah dan banyak mengalami memar di badannya. Kami berusaha semampu kami untuk menolong kedua teman anda dan mereka harus menjalani operasi, mau tidak mau resiko ini harus ditanggung mereka.” Jelas panjang lebar Pak Dokter kian ikut cemas terhadap pasiennya itu.
Ya, Nabila dan Rifina hanya terkejut kaget dan cengo. Tak tahu mereka harus berkata apa. Yang mereka pikirkan sekarang adalah bagaimana keadaan mereka sekarang.
“Ehm, lalu dok apakah mereka berdua ada yang sadar?” tanya Nabila.
“Ya, yang laki-laki sedikit sadar dia hanya merintih kesakitan, sedangkan yang perempuan masih pingsan mungkin dia masih shock” jelas Pak Dokter
“Boleh kah kami masuk ke dalam untuk melihat keadaan mereka dok?” tanya Rifina.
“Ya silahkan tetapi jangan gegabah ya karena mental mereka mungkin masih agak jatuh”
“Oke pak” serempak berdua.

Mereka masuk ke ruang UGD. Bau khas ruangan itu menyelimuti hidung mereka berdua dan mereka berdua agak merinding melihat ruangan itu cukup lega yang isinya hanya ada teman mereka yaitu si Yumna dan Hamzah. Yumna masih pingsan dan siap-siap ingin dibawa ke ruang operasi lebih dulu daripada Hamzah yang udah agak sadar. Hamzah hanya merintih kesakitan, keadaan dia yang shock karena keadaan Yumna yang begitu, dia jadi susah berbicara (suaranya agak hilang). Nabila dan Rifina menghampiri Hamzah yang sedang berusaha bangun itu.
“Kak, kakak baik-baik aja kan?” tanya Nabila.
Hamzah hanya mengangguk pelan sambil berusaha bangun dari tidurnya itu untuk duduk. Rasanya sulit sekali melakukan itu, mengingat ada luka sobek di perutnya.
“a...akhh...” Hamzah merintih kesakitan sambil memegang perutnya itu.
“Aduh udahlah kak jangan dipaksain bangun orang masih sakit juga” datar Nabila sambil bantu kakaknya itu tiduran lagi.
“Iya jah udah istirahat dulu jangan maksain diri...” tegas Rifina.
“Hmm... gi...gimana keadaaan... si Yumna...?” tanya Hamzah dengan mata yang agak tertutup.
“Dia masih pingsan kak emang kenapa sih segitunya ama Kak Yumna?”
“Nggak nab... gua cuma... takut dia...” tiba-tiba mata Hamzah tertutup.
“Takut kenapa kak? Woi kok malah ketiduran lagi...” cemas Nabila.
“Ehm, mungkin dia masih agak susah ngomong karena lukanya itu Nab, dan lagi, mungkin dia letih banget... udah kita tungguin mereka berdua selesai operasi yuk...” ajak Rifina.
Ya, mereka rela mengkorbankan waktu-waktu sekolah mereka demi menunggu Yumna dan Hamzah pulih kembali, tidak masalah Rifina menunggu Yumna toh dia teman serumah, teman sesekolah, teman seperjuangan, tak ada salahnya meluangkan waktu demi teman. Beda hal nya dengan Nabila dia akan setia menunggu kakaknya karena jika tidak, dirumah disekolah dia akan sendiri tanpa kakaknya.
Operasi pun dilakukan saat hari itu juga, malam itu juga. Yang duluan operasi adalah Yumna, entah berapa jam Rifina dan Nabila menunggunya. Saat sudah selesai operasi dokter keluar dari ruang operasi.
“Gimana dok operasi nya?!” tanya Rifina cemas.
“Maaf, sangat disayangkan nak Yumna tidak bisa tertolong lagi” geleng Pak Dokter.
“Itu berarti... Kak Yumna telah...” Nabila tergagap.
“Tidak.. ini tidak mungkin... nggak mungkin!!” Rifina menjerit lalu menangis.
Karena tidak kuat menahan duka Nabila pun ikut menangis. Ya, kita tidak akan tau berapa lama kita akan tinggal hidup di dunia, hanya Tuhan yang tau yaitu Allah Swt. Mereka berdua berusaha merelakan kepergian Yumna yang dipindahkan ke kamar mayat itu. Yang mereka tunggu sekarang adalah Hamzah. Akhirnya tiba saatnya Hamzah di operasi.
Selesai operasi Hamzah rawat inap di rumah sakit sampai Hamzah sadar (bangun). Setelah cukup pulih Hamzah terbangun dengan raut wajah sangat cemas. Rifina dan Nabila yang menunggu berhari-hari itu senang akhirnya dia sadar.
 “Errrrr.....” Hamzah membuka matanya perlahan.
 “Ah, kakak udah bangun” senyum Nabila.
“Iya nab makasih udah mau nungguin... btw, gimana keadaan Yumna? Dia udah operasi juga kan? Apa sukses operasinya?” tanya Hamzah cemas.
“I... itu...” Nabila tercekat.
“Dia meninggal saat operasi jah” seru Rifina mulai terisak.
“A.... apa.... kenapa... ketakutan gua bener kenapa... kenapa dengan mimpi gua kenapa... siaaaal! ” kecewa Hamzah bukan main sambil meremas-remas selimut ranjang rumah sakit itu dengan kesal dan mukanya memerah seperti ingin menangis.
Suasana saat itu sangat menyedihkan, terpaksa Hamzah harus merelakan kepergian teman dekatnya yang sebetulnya iya sayangi itu. Mereka bertiga di dalam ruangan itu menangis tersedu-sedu.
“Loh sebentar, emang sebenarnya apa sih yang ketakutanmu itu jah?” tanya Rifina selesai terisak sembari menghapus air mata.
“Jadi begini.....” Hamzah mengutarakan yang sebenarnya kepada Rifina dan Nabila bahwa jika ada seseorang yang dimimpikannya, orang itu keesokan harinya akan meninggal di pangkuannya. Nabila dan Rifina hanya dapat menyimak. Bingung harus mengeluarkan pendapat atau tidak. Mereka hanya berpikir kok ada ya orang kayak gini ngeri betul.

~~~

Keesokan harinya Hamzah sudah pulang dari RS dan melakukan aktivitas seperti biasa yaitu kesekolah dan belajar, namun suasana berubah semenjak sepeninggalnya Yumna hari-hari Hamzah berubah. Hamzah jadi cukup lesu sepeninggalnya, Rifina berusaha menemani dan merelakan kepergiannya. Lambat laun akhirnya Hamzah merelakannya walaupun itu menyakitkan baginya.
“Hoooi jah sini deh ngobrol ama kita-kita” tiba-tiba Rizky manggil dari kejauhan.
“Iyaaa” Hamzah nyaut lalu bergabung dengan mereka.
“Hoi kemaren seminggu kemane aje lo kagak sekolah? Sakit?” tanya Ivan heran.
“Sebenarnya gua kena ‘suatu’ insiden jadi gua nggak masuk”
“Oh gitu... tapi kok aneh yaa kayaknya gua ngerasa ada yang menghilang gitu” heran Jean
Ya, mereka semua tidak begitu mengenal sosok Yumna yang pendiam dan tidak pandai bergaul itu, yang baru saja meninggal tertabrak Truk. Insiden ini hanya Hamzah, Nabila, dan Rifina yang tau, tentu Allah Swt juga maha tau.
Mereka tidak mengenal orang yang pendiam model Yumna dan Rifina. Malang betul kedua anak pendiam ini. Tetapi, sedikit demi sedikit anak pendiam itu dibuat eksis oleh Hamzah.
Maksudnya dibuat eksis? Itu seperti apa?

-To Be Continued-